Menurut Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 70% rumah sakit tipe C dan D di Indonesia masih menghadapi kendala dalam digitalisasi layanan dan pelaporan regulasi. Di sisi lain,World Health Organization (WHO) mencatat bahwa penggunaan sistem digital di fasilitas kesehatan secara konsisten dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 25%.
Berikut 7 akar masalah utama yang membuat rumah sakit kewalahan — lengkap dengan solusi nyata dan terintegrasi.
1. Beban Administrasi yang Menyita Waktu Dokter
Masalah:
Dokter menghabiskan waktu hingga 40% dari jam kerja hanya untuk input data dan dokumentasi, menurut American Medical Association. Ini mengurangi fokus terhadap pasien.
Solusi:
Gunakan Rekam Medis Elektronik (RME) dengan fitur AI voice-to-text.
eHealth.co.id memungkinkan dokter mencatat rekam medis hanya dengan suara — dari 15 menit menjadi 5 detik.
2. Antrian Panjang dan Jadwal Dokter yang Tidak Efisien
Masalah:
Survei Kemenkes RI 2022 menyebutkan, 53% pasien di rumah sakit mengeluhkan waktu tunggu yang lama, khususnya di instalasi rawat jalan.
Solusi:
Implementasi sistem antrian online dan manajemen jadwal terbukti mengurangi waktu tunggu hingga 30%. Pasien cukup mendaftar dari rumah dan datang sesuai jadwal.
3. Manajemen Stok Obat Tidak Terkontrol
Masalah:
Audit oleh BPKP RI menunjukkan bahwa rumah sakit dapat kehilangan hingga 15% nilai stok obat akibat kedaluwarsa, selisih pencatatan, dan kesalahan distribusi.
Solusi:
Gunakan sistem manajemen farmasi digital yang terhubung dengan rekam medis dan keuangan.
eHealth.co.id juga mendukung pemesanan langsung ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) secara otomatis saat stok mulai menipis.
4. Laporan Keuangan Tidak Terdigitalisasi
Masalah:
Laporan DJPK Kemenkes 2023 menyebut banyak rumah sakit masih melakukan pencatatan keuangan manual, menyebabkan laporan molor dan data tidak akurat.
Solusi:
Gunakan sistem keuangan yang terintegrasi penuh dengan unit layanan (medis, farmasi, laboratorium). Laporan otomatis dihasilkan real-time dan siap audit, tanpa input ganda.
5. Ketidaksiapan Menghadapi Regulasi Digital SATUSEHAT
Masalah:
Data Pusdatin Kemenkes menunjukkan hingga awal 2024, ribuan fasilitas kesehatan belum dapat mengirim data ke SATUSEHAT karena belum memiliki sistem RME yang sesuai.
Solusi:
Gunakan RME yang telah tersertifikasi dan terintegrasi dengan SATUSEHAT, seperti eHealth.co.id , yang juga mendukung integrasi BPJS dan E-Kohort KIA.
6. Keterbatasan SDM dan Infrastruktur IT
Masalah:
Menurut KARS 2021, 57% rumah sakit tipe D belum memiliki tim IT yang memadai, sehingga sistem digital sulit dikembangkan atau berjalan tidak optimal.
Solusi:
Pilih sistem berbasis cloud yang tidak membutuhkan server lokal, serta vendor yang menyediakan pelatihan dan dukungan teknis berkelanjutan.
7. Proses Klaim dan Administrasi BPJS yang Rumit
Masalah:
BPJS Kesehatan menyebutkan bahwa 8–10% klaim rumah sakit ditolak setiap tahun karena ketidaksesuaian data, input manual yang salah, atau berkas tidak lengkap. Hal ini berdampak pada cashflow rumah sakit dan membebani tim administratif.
Solusi:
Gunakan RME yang terintegrasi dengan sistem klaim BPJS dan SEP. Sistem seperti eHealth.co.id mendukung:
- Pengisian SEP langsung dari aplikasi
- Data tindakan dan diagnosa otomatis tertarik dari RME
- Resume medis sesuai format INA-CBG
- Pemantauan status klaim secara real-time
Hasilnya: klaim lebih cepat, minim ditolak, dan cashflow rumah sakit lebih sehat.
Penutup: Transformasi Digital adalah Jawaban
Permasalahan rumah sakit bukan tidak bisa diatasi. Tapi dibutuhkan sistem yang:
✅ Terintegrasi
✅ Efisien
✅ Sesuai regulasi
✅ Didukung oleh teknologi dan SDM siap pakai
Dengan solusi dari eHealth.co.id, rumah sakit Anda bisa beroperasi lebih lancar — dari rekam medis, keuangan, farmasi, hingga pelaporan BPJS dan SATUSEHAT, semua dalam satu sistem.
📞 Konsultasi gratis untuk digitalisasi rumah sakit Anda: 0857-7777-9926
🌐 Kunjungi: eHealth.co.id