Angka ini bukan sekadar statistik. Di baliknya, ada individu, keluarga, dan komunitas yang terdampak. Namun, di tengah kompleksitas tantangan ini, ada cahaya harapan yang muncul dari inovasi teknologi. Pendekatan konvensional terbukti belum cukup. Kini saatnya mengadopsi cara baru lebih cepat, lebih akurat, dan lebih terintegrasi.
TBC di Indonesia: Antara Tantangan dan Komitmen
Komitmen Indonesia dalam mengatasi TBC dibuktikan dengan perbaikan sistem deteksi dan pelaporan, yang menghasilkan notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah pada 2022 dan 2023.
- Pada 2022, lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan.
- Jumlah ini meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.
Menurut dr. Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, “Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40–45% dari estimasi. Tapi sekarang, berkat sistem pelaporan yang lebih baik, hanya 32% kasus yang belum ditemukan.”
(Sumber: Kemenkes RI, 29 Januari 2024)
Sistem pelaporan yang dimaksud adalah SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) yang kini digunakan oleh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta. Perbaikan ini mendorong peningkatan deteksi, pelaporan real-time, serta pemantauan pengobatan.
Teknologi sebagai Game Changer: RME dan AI
Inovasi teknologi kini menjadi faktor penting dalam mendukung upaya nasional eliminasi TBC. Dua teknologi yang memainkan peran signifikan adalah Rekam Medis Elektronik (RME) dan Kecerdasan Buatan (AI).
Rekam Medis Elektronik (RME)
RME membantu tenaga medis mencatat, memantau, dan melaporkan kasus TBC secara efisien:
- Integrasi dengan sistem nasional seperti SATUSEHAT dan SITB.
- Pemantauan pengobatan TBC jangka panjang jadi lebih terstruktur.
- Deteksi kontak erat lebih mudah karena riwayat pasien tercatat digital.
- Mengurangi beban administrasi sehingga tenaga kesehatan bisa lebih fokus pada pasien.
Kecerdasan Buatan (AI)
AI membuka peluang diagnosis dan prediksi yang lebih cepat:
- Analisis rontgen otomatis untuk deteksi dini TBC di daerah minim radiolog.
- Chatbot untuk skrining awal berbasis gejala.
- Prediksi pasien berisiko putus pengobatan berdasarkan pola perilaku.
- Reminder otomatis untuk pasien agar tidak lupa minum obat.
Hasil Nyata: Kasus Terdeteksi Lebih Banyak, Pengobatan Lebih Tuntas
Penerapan strategi nasional berbasis data serta dukungan teknologi modern terbukti meningkatkan efektivitas penanggulangan TBC di Indonesia. Berbagai inovasi seperti Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), digitalisasi pencatatan, serta keterlibatan fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah dalam pendekatan Public Private Mix (PPM) telah memberikan dampak signifikan.
Berkat strategi ini:
✅ 90% kasus baru berhasil ditemukan.
✅ 100% pasien mendapatkan pengobatan.
✅ 90% pasien menyelesaikan pengobatannya sampai tuntas.
✅ 58% kontak erat sudah menerima terapi pencegahan TBC (TPT).
(Sumber: Kasus TBC Tinggi Karena Perbaikan Sistem Deteksi dan Pelaporan)
Hal ini menunjukkan bahwa dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, Indonesia sedang bergerak menuju eliminasi TBC yang nyata.
Penutup: Teknologi Adalah Harapan
TBC tetap menjadi tantangan global. Tapi Indonesia tidak lagi tertinggal dalam upaya penanganan. Dengan sistem seperti RME dan AI, serta sistem nasional seperti SITB, layanan kesehatan menjadi lebih adaptif dan responsif.
Kini saatnya seluruh fasilitas kesehatan baik Puskesmas, klinik, maupun rumah sakit bertransformasi ke sistem digital yang terintegrasi. Karena di balik angka-angka yang tinggi, ada harapan besar lewat inovasi cerdas yang menyelamatkan nyawa.